Kerukunan Umat Beragama Indonesia Timur Diakui Internasional

(Humas Kemenag Sultra) —- Kerukunan umat beragama di Indonesia Timur diakui sangat baik. Tidak hanya diapresiasi oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI), tetapi toleransi tersebut juga diakui di dunia internasional. Staf Ahli Bidang Kerukunan Umat Beragama Kemenag RI, Abdul Fatah menyatakan, kerukunan umat beragama di Indonesia Timur tidak bisa dilihat dari indikator kasuistik. Tetapi, hal tersebut harus dilihat dari akar budaya. Selama ini, kata dia, tidak ada satu pun catatan sejarah menyebutkan bahwa masuknya agama-agama di Indonesia Timur seperti di Papua yang dulu menganut animisme, menimbulkan ketegangan. “Islam masuk di sana, tidak ada masalah. Kristen di sana juga tidak ada masalah, begitu pula dengan katolik dan budha,” ungkapnya saat ditemui usai membuka kegiatan Workshop Kerukunan Umat Beragama Kanwil Kemenag Provinsi dan Balai Diklat Keagamaan (BDK) se-Sulawesi di Swiss-Belhotel Kendari, Jumat, (4/10/2013) malam. Workshop tersebut dihadiri oleh Kepala Kemenag se-Sulawesi, Sekretaris Provinsi Sultra Lukman Abunawas, pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama se-Sulawesi, dan Kepala Balai Diklat Keagamaan se-Sulawesi.Kerukunan umat beragama, kata dia, bisa dilihat dari kehadiran simbol agama di tengah masyarakat. Saat ini, sambungnya, kehadiran simbol keagamaan seperti tempat ibadah di tengah masyarakat tetap normal sejak dulu. “Kalau toh ada kasus pengrusakan tempat ibadah, saya yakin itu bukan kepentingan agama. Ada juga kasus sulitnya pendirian tempat ibadah di tengah masyarakat. Dan saya meyakini, kasus itu bukan karena persoalan keagamaan tetapi persoalan izin mendirikan bangunan,” ulasnya. Selama ini, katanya, simbol agama di Indonesia Timur sudah berdiri kokoh sejak lama sebelum kemerdekaan berlangsung hingga sekarang. Dan kini, hal tersebut tidak menimbulkan masalah.“Semua agama yang ada di Indonesia ini adalah agama impor. Tetapi, ketika masuknya agama di suatu daerah, tidak menimbulkan ketegangan, bentrokan, dan kerusuhan. Jadi, penerimaan masyarakat Indonesia ini terhadap semua agama sangat tinggi. Kalau di Eropa, ada ketegangan, sementara di Indonesia tidak pernah terjadi,” katanya. Workshop kerukunan umat beragama Kanwil Kemenag Provinsi dan Balai Diklat Keagamaan se-Sulawesi yang dilaksanakan di Kendari merupakan kegiatan yang kedua. Pada tahun 2012, acara serupa berlangsung di Kota Palu. (Seplin-RS/Pudo)