60 Rumah Hanyut, 8 Jembatan Putus, 5284 Jiwa Mengungsi
Bupati Konsel Gelar Rapat Tanggap Darurat
Andoolo - Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) bisa diklaim sebagai daerah dengan tingkat kerusakan terparah sebagai dampak dari banjir dan longsor yang melanda 4 daerah di Sultra (Kota Kendari-Konawe-Konawe Utara-Konawe Selatan) hari Selasa (16/7) lalu. Di wilayah itu, bukan hanya rumah warga yang direndam air, tapi juga berakibat putusnya jalur transportasi dan longsornya beberapa titik jalan. Selain itu ada dua korban tewas.Di daerah yang dipimpin Imran itu, setidaknya ada beberapa kecamatan yang mengalami dampak terparah yakni Kecamatan Laeya, Moramo, Moramo Utara, Ranomeeto Barat, Basala, Tinanggea,
Andoolo,Landono, Lalembuu, Moramo, dan Moramo Utara. “Korban banjir dan jumlah fasilitas negara yang rusak dan putus akibat banjir belum bisa di identifikasi satu persatu karena ada kendala komunikasi dari tim kami di lapangan,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Konawe Selatan, Mutakhir Hidayat, kemarin.
Mutakhir mengatakan untuk laporan sementara banjir tanggal 16 juli 2013 yang melanda wilayah konsel secara umum diantaranya warga yang meninggal dunia sebanyak 2 orang masing-masing, Sutamin dari Kecamatan Laeya dan Dedi, warga Kolono. “Angka-angka yang kami sampaikan ini kemungkinan masih bertambah karena sampai sekarang proses identifikasi masih terus berlangsung,” kata pejabat BPBD itu.
Selain itu dirinya menambahkan, akses jalan Andoolo-Kendari tidak bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda empat terkecuali menggunakan kendaraan roda dua. Sebab beberapa jalan vital mengalami kerusakan dan longsor. Seperti yang terjadi di Kecamatan Wolasi ada lima titik jalan yang mengalami longsor. Selain itu listrik juga mengalami pemadaman diwilayah pasca banjir serta terjadi kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Kendari Pos yang melakukan pantauan di beberapa titik jalan memastikan bahwa jalan yang menghubungkan Konda-Wolasi- Punggaluku, ada satu jembatan putus dan tujuh titik jalan yang longsor. Kondisi ini membuat akses kendaraan roda empat terhenti. Begitu juga jalan yang menghubungkan Punggaluku-Torobulu ada dua titik yang tidak dapat dilalui kendaraan roda empat, khususnya di Jembatan Laeya yang mengalami kerusakan berat, sehingga jalur transportasi yang menghubungkan Kendari-Bombana itu lumpuh.
Satu-satunya jalur yang dapat menghubungkan Konsel-Kendari dengan roda empat adalah jalur Andoolo-Benua-Angata-Landono-Ranomeeto. “Hanya saja kondisi jalan di jalur ini rusak berat dan beberapa jembatan mengalami kerusakan dan perlu kewaspadaan. Medannya juga cukup berat, karena kubangan lumpur yang sewaktu-waktu membuat kendaraan roda empat tertanam lumpur,"ujar Erlin salah seorang warga yang sempat ditemui koran ini kemarin usai melintas di jalur tersebut.
Kadis Sosial Konsel, Drs Jeni yang dikonfirmasi mengaku jika pemerintah saat ini sudah mulai melakukan penanganan tanggap bencana, salah satunya dengan mendistribusikan beras. Ada 36, 2 Ton beras untuk seluruh korban bencana banjir di Konsel. Hanya saja untuk momobilisasi bantuan beras itu tidak bisa maksimal, mengingat kondisi jalan yang putus di beberapa ruas jalan.
“Saat ini baru Moramo Utara, Ranomeeto, Kecamatan konda dan Angata yang dapat. Yang lainnya ini berasnya siap dan kendaraan yang mengangkut telah siap untuk diantarkan di posko masing-masing. Hanya saja jalan yang menghubungkan beberapa titik bencana itu tidak dapat diakses, karena jalan dan jembatannya putus,"ujarnya via ponsel kemarin.
Kerusakan beberapa ruas jalan provinsi di Konawe Selatan pasca banjir dua hari yang lalu, membuat akses transportasi dari arah Kota Andoolo menuju Kota Kendari harus terputus. Tak hanya masyarakat Konsel yang mengalami gangguan transportasi, namun Kabupaten Bombana yang bakal melintasi jalur Kecamatan Wolasi maupun menggunkan jalur Kecamatan Laeya tak mampu dilewati dengan kondisi jalan yang telah rusak.
Sementara itu, Kadis PU Saala, sejauh ini belum bisa memberikan informasi kepastian jumlah estimasi anggaran yang dibutuhkan dalam perbaikan beberapa ruas jalan yang rusak. Menurutnya masalah berapa jumlah anggaran yang digunakan untuk perbaikan zona jalan yang mengalami kerusakan meski dilakukan pendataan, diameter, kedalaman serta bentangan kerusakan jalan maupun jembatan.
"Kalau anggaran Rp 10 miliar terlalu sedikit, karena ada beberapa jembatan dengan bentangan panjang mencapai 100 meter seperti jembatan di Kecamatan Laeya di Kelurahan Ambalodangge," katanya. Tak hanya di wilayah itu, beberapa wilayah yang terkena damfak banjir dan mengalami kerusakan diantaranya di Kecamatan Konda Desa Lamomea dengan bentangan mencapai 4 meter, Desa Watumokala Kecamatan Benua dengan panjang 50 meter, Desa Pudahoa Kecamatan Mowila bentangan 6 meter, Landono dan Kecamatan Moramo Utara
"Untuk jumlah keseluruhan jembatan yang rusak sebanyak delapan unit dengan berbagai ukuran dan panjang diantaranya ada dua buah unit dalam satu kecamatan," katanya. Selain jembatan putus, titik jalan yang mengalami longsor terjadi di Desa Onembute Kecamatan Palangga, Kecamatan Wolasi dan Kecamatan Konda. "Wolasi dan Konda ada enam titik jalan yang longsor dengan diameter mencapai 50 meter bahkan digunung abari mencapai 100 meter," rincinya
Hampir keseluruhan lintasan jalan dan jembatan merupakan pembangunan dari pihak pemerintah provinsi. Sementara untuk kabupaten hanya satu jembatan yang rusak yakni di desa Pudahoa Kecamatan Mowila. "Dalam waktu dekat jembatan di Pudahoa bisa dilewati. Sebabn alat berat telah diarahkan guna perbaikan," tandasnya.
Rapat Penanganan
Setelah tiga hari Konsel dilanda bencana, Pemkab setempat barulah terlihat serius berpikir upaya darurat membantu korban. Sore kemarin, bertempat di sebuah rumah makan di Kendari, Bupati Konsel, H Imran dan Wakilnya, Sutoardjpo Pondiu memimpin langsung rapat penanganan bencana yang dihadiri seluruh camat dan Kadis se Konsel. Para camat diminta memberikan laporan untuk selanjutnya dibuatkan resume dan diteruskan ke BNPB pusat.
Sebagai langkah awal, Imran mengistruksikan pencairan anggaran kontigensi sebesar Rp 1 M untuk menyediakan kebutuhan bagi korban mulai dari makanan, pakaian, selimut dan obat-obatan. “Jangan dulu bikinkan jembatan dan deker. Prioritaskan tanggap darurat. Kelola dengan baik itu dana supaya fase ini bisa kita lewati. Suruh juga itu investor tambang menyumbang, apa saja yang penting bisa meringankan para korban,” imbau H Imran, saat rapat.
Keputusan lainnya, mobilisasi bantuan harus diupayakan dengan cara apapun, jika perlu lewat jalur laut. Para camat, lurah dan kepala desa diminta untuk tidak meninggalkan wilayahnya untuk sementara waktu sampai fase tanggap darurat selesai dan para korban dipastikan pulih kembali. “Kepada Kadis Dinkes, saya minta menyiapkan obat-obatan yang dibutuhkan korban karena ini pasti banyak yang terserang penyakit,” tukas Imran.
Sementara itu, sebuah perusahaan tambang di Konawe, PT Ifishdeco langsung bertindak dengan memberikan bantuan kepada sejumlah korban bencana banjir di tiga desa masing-masing Desa Roraya, Lanowulu dan Tatangge. Bantuan tanggap darurat yang diberikan itu berupa 40 karung beras, 40 dos mie instan dan 40 dos air mineral. "Ini bantuan tahap pertama. Setelah itu di titik lokasi banjir juga akan kami bangun posko banjir dari Ifishdeco,"ujar Arbain, Humas PT Ifishdeco, kemarin.
Menurutnya, bantuan yang diserahkan tersebut merupakan tahap pertama, dan selanjutnya akan ada bantuan tambahan lainnnhya, sudah termasuk obat-obatan. Banjir yang melanda warga di tiga desa tersebut perlu mendapat perhatian, dan salah satunya adalah kami dari pihak swasta telah melakukan upaya tersebut dengan memberikan bantuan tanggap darurat.
0 comments:
Post a Comment