Top Ads

Wednesday, 17 July 2013

09:32

Kendari - Hujan yang mengguyur Kota Kendari sejak sepekan terakhir tanpa putus berbuah bencana. Hampir semua wilayah di kota peraih Adipura ini direndam banjir dengan ketinggian yang ekstrim. Banjir hingga menggenangi atap rumah penduduk. Semua daerah dataran rendah tak luput dari genangan air. Air melumpuhan semua aktifitas warga. Entah siapa yang mau disalahkan dalam peristiwa ini, yang pasti banyak sungai meluap kemudian merendam dan menenggelamkan ratusan rumah penduduk. Hampir seluruh jalan protokol tergenang air bahkan beberapa jembatan putus.

Informasi yang dihimpun Kendari Pos, ini adalah banjir terparah sejak tahun 1975 silam. Memang tahun 2004 lalu, sempat ada banjir yang lumayan parah di daerah aliran Sungai Wanggu, tapi hanya berdampak terhadap warga di bantaran sungai itu. Sedangkan banjir yang terjadi Selasa (16/7) dini hari kemarin, menimpa hampir semua pemukiman dan jalan-jalan protokol di Kota Kendari. 13 kali dilaporkan terjadi luapan sejumlah sungai besar dalam kota, dan menggenangi 10 kecamatan yang ada di Kota Kendari.
Air mulai masuk ke rumah-rumah penduduk sejak Senin (15/7) malam. Daerah pertama yang dilaporkan kebanjiran adalah wilayah Kemaraya. Sungai Lahundape di wilayah itu meluap dan menjebol tanggul yang ada. Rumah yang berada di pinggir kali tak selamat. Perlahan, air dilaporkan meninggi di beberapa lokasi dan puncaknya terjadi saat warga sedang menikmati hidangan sahur. Seperti bah, air meluap dan menenggelamkan berbagai wilayah. “Yang terparah itu di Kali Wanggu, Nanga-nanga dan Kampus Baru, ketinggian mencapai 3 meter,” kata Kepala SAR Kota Kendari, Jafar, semalam.
Pantauan Kendari Pos, siang kemarin, beberapa wilayah yang mengalami banjir parah, terjadi di Jalan Ahmad Yani, Jalan Mekar, sekitar Sungai Wanggu, Kemaraya hingga Kota lama, Perumnas Poasia di Andounohu, Lapulu, Lepo-lepo, Jalan Wayong, Jalan Abunawas, Jalan Supu Yusuf, Jalan Malik Raya, Jalan Lasolo, sekitar pasar Bonggoeya dan Mall Mandonga, lokasi pasar lama Mandonga serta beberapa tempat lainnya, terjadi dari Selasa (16/7) dini hari hingga sore hari.
Seorang warga Jalan Segar, tak jauh dari kompleks Pier 29-Plaza Inn, rumahnya tenggelam hingga atap. Pemilik rumah, Akbar mengaku, kejadiannya sangat cepat, hingga tidak sempat menyelamatkan barang-barang mereka. "Habis makan sahur, memang sudah ada air, tetapi baru sebatas mata kaki, tetapi semakin naik, nah begitu sudah mulai masuk dalam rumah dan air mendekati betis, saya langsung bangunkan anak-anak yang tidur untuk keluar, cari tempat aman, sekarang tinggal atap yang kelihatan," ujarnya.
Tampak beberapa warga, mencoba menyelamatkan barang-barang mereka ke tempat yang lebih tinggi, tim SAR yang turun menggunakan perahu karet mencoba menyelamatkan warga, yang terjebak di loteng rumah. Bahkan, tak sedikit kendaraan roda empat terseret arus, sementara pemiliknya lebih memilih menyelamatkan diri. Luapan air sangat terasa di beberapa lokasi, bahkan para pengguna kendaraan yang nekat menerobos jalan Ahmad Yani, terseret hingga harus diselamatkan dengan menggunakan perahu rakit.
     Jalan Wua-wua menuju kampus baru, pun sempat ditutup aparat keamanan, sebab dikhawatirkan jembatan Pasar Baru putus, karena arus yang sangat deras dan melewati jembatan. Selain itu air juga merusak jalan dan beberapa jembatan, seperti yang terjadi di jalan Mayjen S. Parman, harus diblokir oleh aparat TNI, akibat jalan yang menganga selebar tiga meter dan dalam sekitar dua meter. Selain itu juga jembatan yang ada di jalan Bunga Tanjung dan jalan Samratulangi nyaris putus akibat terseret arus, terpaksa diblokir warga dibantu dengan beberapa aparat TNI.
Kondisi serupa juga tampak di sekitaran Lepo-Lepo sekitar Puskesmas. Wilayah tersebut juga merasakan dampak hebat akibat luapan sungai Wanggu. Transportasi lumpuh total, kendaraan yang berada di dalam wilayah banjir tergerus air sehingga dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya, termasuk sebuah mobil ambulance terendam di derasnya banjir. Bukan hanya pemilik rumah yang dievakuasi, beberapa pasien dari Puskesmas perawatan Lepo-Lepo juga ikut diamankan untuk mengantisipasi hal-hal yang buruk akibat banjir yang mengepung wilayah itu.
     Wilayah lain yang juga menjadi sasaran luapan air bah adalah Anduonohu. Jalur utama yang menghubungkan Pasar Baru ke SMA 2 Kendari lumpuh total. Genangan air yang terjadi di sekitar jalan MT Haryono (dekat bundaran SPBU Martandu) membuat pengguna jalan kelabakan mencari jalur alternatif untuk melanjutkan perjalanan. Ketinggian air di lokasi itu setinggi paha orang dewasa, beberapa kendaraan roda empat yang memaksa melintas berhenti karena mengalami masalah pada mesin kendaraannya.
Sementara itu, air hujan yang bersumber dari gunung Nanga-Nanga menggenangi satu ruas jalan di Jalan Sultan Hasanuddin, jalur utama Kendari Beach. Untuk menghindari seretan air, pengguna sepeda motor melanjutkan perjalanan dengan melintasi trotoar. Di Jalan Mayjen Sutoyo, tepatnya di kantor Perwakilan Kementrian Keuangan akibat hujan, tanggul kantor itu jebol. Sebuah tiang listrik yang terletak di sisi jalan, nyaris ambruk.
Meski berada di daerah ketinggian, bukan berarti wilayah Mata, Kampung Salo hingga Kendari Caddi aman dari dampak hujan yang turun non stop itu. Meski tidak dilanda banjir, namun tanah longsor menghantui warga. Beberapa gunung yang terletak tepat di belakang rumah warga longsor tergerus air dari atas gunung. Meski tak ada korban jiwa, namun bagian belakang rumah warga sudah ada yang tertimpah tanah dan pohon kecil yang jatuh dari gunung.
Sekretaris Dinas PU Kota Kendari, Ali Aksa yang ditemui saat memantau situasi banjir di wilayah Baruga tak mau berkomentar banyak. Ia hanya mengatakan bahwa kondisi yang terjadi saat ini di Kota Kendari, bukan hanya karena masalah drainase, namun karena luapan air bah yang memang tak terkendali. Buktinya kata dia, kejadian tersebut terjadi hampir di semua titik dalam wilayah Kota Kendari.
Meski demikian, ia mengatakan pemerintah tetap akan turun tangan memberikan bantuan. Di Dinas PU sendiri, pihaknya akan melakukan pembersihan saat air mulai surut. "Ini sudah musibah banjir, berapapun besarnya drainase kalau luapan air sudah seperti ini jelas takkan bisa tertampung. Kita akan turun membersihkan setelah air surut," kata Ali Aksa.
Dari semua kawasan yang dihantam banjir, wilayah terparah terjadi di sekitar Kali Wanggu, Kelurahan Lepo-Lepo Kecamatan Baruga, Kendari. Ratusan rumah warga di wilayah itu, terendam air yang ketinggiannya diperkirakan sekitar 3 mater. Akibat luapan sungai yang begitu cepat, warga tidak sempat menyelamatkan barang dan diri mereka. Ratusan jiwa terjebak di atas atap rumah, namun sulit dilakukan pertolongan karena bantuan tak cepat datang.
Warga mengaku hingga pagi tidak tidur dan sahurpun tak sempat. Pasalnya, luapan air terjadi sejak pukul 00.00 Wita tengah malam, kemarin (16/7) yang membuat warga langsung bergegas, menyelamatkan barang-barang. Adapula warga yang terlelap tidur, sehingga satupun barang mereka tidak sempat diselamatkan. Banjir ini terjadi akibat tanggul kali Wanggu yang tidak mampu menampung curah hujan  yang begitu besar.
     "Musibah ini terbesar setelah banjir pada tahun 1975 dan ini karena volume air melewati tanggul yang terlalu rendah. Wilayah yang terendam ini, sebanyak tiga RT yakni RT 13 dan 14/RW 06 serta RT 02/RW 03. Tiga RT ini diperkirakan sebanyak 250 kepalah keluarga dan rumah mereka semua tenggelam dan sebagian di bawa arus," ungkap Arham, korban banjir yang juga tokoh masyarakat setempat saat ditemui di TKP, kemarin (16/7).
Pantuan wartawan koran ini, dari tiga RT itu sekitar 20 unit rumah warga roboh karena terseret arus yang begiku keras dari luapan sungai Wanggu. Banyaknya rumah yang ambruk membuat panik  warga setempat. Puluhan warga histeris menangis saat melihat rumah mereka hanyut dan jalan layaknya perahu. Banyak warga yang terjebak dalam masjid dan di atap-atap rumah, namun sulit diselamatkan karena minimnya bantuan perahu.
Bantuan tercepat yang datang berasal dari Taruna Siaga Bencana (TRC-Tagana) Sultra, itupun hanya menurunkan satu unit perahu karet. Namun, inilah yang mengevakuasi korban hingga siang hari. Selain itu, Tagana membangun dua unit tenda pengusian. "Kami semua turun lapangan untuk mengevakuasi korban banjir. Jadi kami terbagi disemua titik banjir, makanya tiap wilayah hanya sedikit personil dan hanya satu perahu karet. Tapi kami telah berusaha maksimal melakukan penyelamatan dan alhamdulillah tidak ada korban jiwa," jelas Awal, tim Tagana ditemui di TKP.
Sementara itu, Kepala SAR Kota Kendari menjelaskan bahwa sejak Senin (15/7) malam, timnya sudah melakukan evakuasi penyelamatan terhadap seorang warga di daerah kota lama yang rumahnya tertimbun longsor dan meninggal. Setelah itu, tim SAR kemudian menyebar di berbagai titik banjir untuk melakukan evakuasi warga mulai dari Nanga-nanga, kampus baru dan kawasan Waterboom yang dianggap paling parah banjirnya. “Sampai malam ini kami tetap siaga,” kata Djafar.
Ada tiga tim SAR yang bekerja sejak kemarin. Tiap tim  terdiri dari 10 orang yang bahu-membahu melakukan pertolongan terhadap warga yang butuh evakuasi. Sejauh ini, SAR belum memperoleh informasi soal adanya korban jiwa dari banjir di Kota Kendari, kecuali satu orang yang meninggal akibat tertimbun tanah longsor di kota lama bernama Suwandi.

0 comments:

Post a Comment