Top Ads

Wednesday, 24 July 2013

01:58
Kendari - Luapan air sungai Konaweha belum juga bersahabat bagi masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai yang membelah Konawe dan Kota Kendari itu. Hingga hari ke tujuh pasca banjir besar, Senin (15/7) malam lalu, sampai sore kemarin (22/7), air yang menggenangi badan jalan dan rumah penduduk tak jua surut. Jalan trans Sulawesi, khususnya jalur Kendari-Unaaha kini sulit dilintasi karena air di badan jalan masih setinggi pinggang orang dewasa.
Di depan Pasar Minggu Pohara, Lingkungan Anandoko Kelurahan Sampara Kecamatan Sampara, misalnya, debit air masih mencapai ketinggian 1 meter di atas badan jalan raya. Bahkan, pada lantai rumah warga, ketinggian air ada yang mencapai 2 meter. Panjang genangan sekitar 75 meter.  Sebagian warga harus mengungsi, namun ada pula yang memilih menetap di kediaman mereka meski terendam air.
Akibatnya, antrian panjang pun terjadi di jalan depan Pasar Minggu Pohara. Selama sepekan, pengguna jalan harus mengantri untuk melintasi genangan air setinggi 1,2 meter tersebut. Antrian kendaraan terkadang mencapai 2 kilometer dari titik genangan air. "Sejak hari pertama banjir (Senin malam, 15/7) sampai saat ini, air tidak pernah turun. Malah tambah naik," ungkap Muratman, Ketua RW 02 Anandoko Kelurahan Sampara Kecamatan Sampara, kemarin.
Bila lolos di Pasar Minggu, Pohara, para pengendara yang menuju Unaaha atau Kolaka juga akan dihadang genangan air di Kelurahan Pondidaha Kecamatan Pondidaha. Di sini genangan airnya sama parahnya dengan yang terjadi di Kecamatan Sampara. Kendaraan jenis MPV atau minivan, dengan badan relatif kecil tidak bisa menyeberang, kecuali truk dan mobil-mobil berbadan besar lain sejenis SUV.  
Di lokasi ini, masyarakat membuka dua jalur jalan di area pegunungan untuk dilewati mobil dan motor, dengan biaya melintas masing-masing 10 ribu rupiah. Sementara itu, titik-titik banjir yang menutup badan jalan ada di sepanjang Desa Wonua Mondara, Kecamatan Pondidaha sampai Desa Hongoa, Kecamatan Wonggeduku. Di dua Kecamatan ini masih ada sekitar lima titik genangan air di jalan poros. Dari lima titik tersebut ada dua genangan air yang lumayan dalam dan panjang masing-masing terjadi di Wonua Mondara dan Hongoa. Panjang genangan yang dianggap parah mencapai 100-200 meter, dengan kedalaman sampai di lutut orang dewasa. Beruntung, kendaraan roda dua dan empat atau lebih, masih bisa menyeberang di kawasan ini. Di dua lokasi tersebut, juga sering terjadi kemacetan karena mobil harus mengantri untuk melewati jalur tersebut.
Khusus banjir di Lingkungan Anandoko Kelurahan Sampara Kecamatan Sampara, hingga saat ini, Pemda Konawe baru mengucurkan bantuan berupa beras 3 liter, mie instan 3 bungkus dan air mineral 3 gelas per kepala keluarga. Padahal, banjir yang berkepanjangan sudah berlangsung selama sepekan. "Kami baru mendapatkan bantuan itu. Belum ada bantuan lainnya dari pemerintah maupun instansi lainnya," terang Muratman, Ketua RW 02 Anandoko Kelurahan Sampara.
Di wilayah ini, ada beberapa warga yang enggan mengungsi, salah satunya adalah Sinar. Meskipun banjir mengepung rumahnya sejak sepekan lalu, ia masih tetap memilih bertahan. Malah, usahanya menjual gorengan masih terus berlanjut meskipun dalam kondisi banjir. Usaha gorengannya sangat berguna bagi para pengguna jalan yang terjebak banjir. "Saya mau mengungsi, tidak tau mengungsi kemana juga?," terang Sinar.
Sementara, Juhardin bersama keluarga besarnya harus meninggalkan rumahnya dalam kondisi seperti itu. Sudah sepekan mereka harus mengungsi ke rumah mertua yang jaraknya sekitar 500 meter dari lokasi banjir. "Saya bersama orang tua dan saudara mengungsi ke rumah mertua. Jadi ada tiga rumah, rumah saya, rumah orang tua dan rumah saudara saya, semuanya tergenang air," jelas Juhardin yang rumah orang tuanya hanya berjarak sekitar 15 meter dari Sungai Konaweha (dikenal juga dengan nama Sungai Pohara, red).
Juhardin bersama warga lainnya berharap, pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih besar ke warga yang menjadi korban banjir di Kelurahan Sampara. Mereka hanya merasakan satu kali kucuran dari pemerintah dengan takaran 400 gram per hari per kepala. Sampai saat ini, bantuan belum juga bertambah.
Lurah Sampara, Elmoha Pomoku mengungkapkan, luapan Sungai Konaweha menimpa 21 rumah warganya. Satu rumah diantaranya hancur berantakan karena tertimpa longsor. Sampai saat ini, masih ada 20 unit rumah yang terendam air. "Belum ada laporan tentang korban jiwa. Untuk korban harta, kami belum mendata aset warga," ungkap Elmoha Pomoku.
Terkait dengan bantuan kepada warganya, Lurah Sampara masih terus berkoordinasi dengan pihak Kecamatan Sampara dan Pemkab Konawe. Rata-rata korban banjir yang mengungsi lebih memilih ke rumah keluarganya yang terdekat ketimbang harus membangung posko pengungsian korban banjir. "Tinggi air ada mencapai 3/4 dari tinggi rumah warga. Air ini tidak pernah surut, malah semakin naik. Pernah surut hanya sehari yakni hari Kamis lalu, tapi ketinggian air minimal 60 centimeter," terangnya.
Bagaimana dengan kondisi warga? Sebagian korban banjir sudah merasakan penyakit gatal-gatal. "Kami menyiapkan Puskesmas yang standby dalam memberikan pelayanan kesehatan jika ada korban banjir yang mengeluh sakit," ujar Lurah Sampara.

Genangan Air di Jalan Ada di Tiga Titik

Kondisi Banjir di Sampara
- Tinggi Air Masih 1,2 Meter
- 21 Rumah Masih Terendam Banjir
- Bantuan Hanya Mie 3 Bungkus, Beras 3 Liter Plus Air Mineral 3 Gelas
- 1 Rumah Rusak karena Longsor
- Badan Jalan Masih Tergenang dan Sulit Dilewati
-Tinggi Air Masih 1,2 Meter,
21 Rumah Masih Terendam,
Bantuan Hanya Beras 3 Liter dan Mie 3 Bungkus-

0 comments:

Post a Comment