Rumbia - Suasana dan sistim birokrasi di Pemkab Bombana terkesan tak kondusif. Salah satu indikatornya disebut, karena banyak pegawai senior berlomba meninggalkan otorita eks Kabupaten Buton itu. Sepanjang tahun 2013 ini saja, sudah tiga pamong daerah yang resmi pindah dari Bombana. Sedangkan ada lima lainnya disebut-sebut akan segera menyusul karena tengah mengajukan permohonan ke Bupati, H. Tafdil. Tiga pejabat yang sudah pindah itu, rata-rata pegawai senior yang memiliki sumber daya yang dapat diandalkan, karena telah puluhan tahun menjadi aparatur serta mengabdi di Bombana sejak daerah itu mekar.
Mereka adalah Basiran, H. Syafruddin serta Andi Muhammad Ikbal Tongasa. Dari tiga nama itu,
Muhammad Ikbal yang lebih dulu mengajukan pindah dari Bombana. Alumni STPDN 2008 ini resmi meninggalkan Bombana sejak Januari 2013 lalu. Sebelum pindah ke Provinsi Sultra, Ikbal lebih dulu dinonjob sebagai Kepala Badan Kepegawaian Daerah. Padahal selama bertugas di Bombana, kemampuan dan sumber daya Ikbal tak dapat diragukan. Selain dia merupakan alumni STPDN, pria kelahiran Kendari 1977 ini telah menduduki berbagai jabatan strategis mulai Kasubag di Bappeda, Kasubag Protokoler, Kepala Bagian Hukum serta Kabagumum dan Perlengkapan Setkab Bombana.
Saat ditanya alasan pasti pindah dari Bombana, Ikbal mengaku ingin mencari tantangan baru di daerah lain. Dan itu terpenuhi, karena pasca terbentuk Kabupaten Kolaka Timur, Andi Muhammad Ikbal dipercaya oleh Pj Bupati di daerah otonom baru itu, sebagai Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga. "Saya hanya ingin melanjutkan karir dengan mencari tantangan baru. Ini alasan saya bermohon pindah dari Bombana," argumen Ikbal melalui telepon selulernya, kemarin. Pasca Ikbal pindah, menyusul Syafruddin yang bergeser. Mantan Kepala Bappeda dan Asisten III ini resmi menjadi pegawai di Pemprov sejak Maret 2013. Syafruddin tidak mau terus terang mengapa dia tak berkarir lebih lama di Bombana. Dihubungi kemarin, Syafruddin hanya mengaku setelah 9 tahun bertugas di Bombana, dia bermohon pindah untuk berkarir lebih tinggi.
Namun alasan itu ditepis seorang pegawai senior lainnya di Bombana. Kata pegawai ini, perpindahan Syafruddin ini akibat tidak sejalannya pemikiran dengan pegawai lain di Bombana. Pindahnya mantan Kepala Bappeda ini sangat disayangkan. Sebab dia dikenal sebagai pegawai senior yang sudah puluhan tahun mengabdi menjadi PNS, serta merupakan satu-satunya pegawai di Bombana yang telah mengikuti Lemhanas dan Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Tinggi (Spati). "Jadi sumber daya manusianya tak dapat diragukan lagi," kesan beberapa pegawai di Bombana.
Sedangkan pegawai senior ketiga yang pindah adalah Basiran. Mantan Sekretaris DPRD dan Asisten I Setkab Bombana merupakan abdi negara yang sudah 20 tahun menjadi PNS. Dia pindah dari Bombana sejak satu bulan lalu, dan kini menjadi pegawai di daerah otonom baru yakni Provinsi Kalimantan Utara. Terkait alasan perpindahannya, pria kelahiran Buton ini mengaku juga karena ingin berkarier lebih tinggi lagi. Namun alasan klise itu dianggap hanya sebagai penyejuk. Sebab sebelum pindah, Basiran dikabarkan pernah salah paham dengan pegawai senior lainnya di Bombana terkait perbedaan pola pikir dan kerja di pemerintahan yang tidak sejalan.
Pasca tiga pegawai senior ini pindah, masih akan ada pegawai lagi yang bermohon pindah. Informasi yang berkembang di Bombana, para pegawai itu terdiri dari pamong senior bahkan putra putri daerah Bombana, baik yang sudah dinonjobkan dari jabatan eselon II, III dan IV. "Saya juga sudah mengusul pindah di provinsi. Mudah-mudahan cepat disetujui, situasi disini sudah tidak nyaman untuk bersaing sehat," celutuk seorang pegawai. Kepala Bagian Humas dan Protokoler Pemkab Bombana, Hasdin Ratta membenarkan ada beberapa pamong daerah yang pindah ke pemeritnahan lain. "Itu menjadi hak mereka. Pemkab tidak melarang asal sesuai aturan jelas," katanya.
Mantan kepala bagian Pembangunan ini mengaku, pindahnya beberapa pegawai senior memang sangat disayangkan. Sebab mereka merupakan tenaga-tenaga handal dan memiliki segudang pengalaman di pemerintahan. Namun begitu, Pemkab tempat mereka mengabdi selama ini sangat memberikan apresiasi, karena diantara mantan pegawai di Bombana mampu berkarir lebih baik di daerah lain. Terkait alasan adanya ketidaknyamanan atau perbedaan pandangan terkait pola kerja dan pikir dengan pegawai lain, Hasdin tidak bisa mencampuri hal tersebut. Menurutnya, itu merupakan masalah yang masuk kategori pribadi.
Saturday, 13 July 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment