Top Ads

Saturday 6 July 2013

10:58

Ingin Mengabdi pada Almamater

Sederet prestasi akademik pernah diraih alumnus Program Studi Pendidikan Biologi. Kini, setelah menyelesaikan studi dengan predikat wisudawan terbaik, pria kelahiran 26 Maret 1990 ini, pun berharap bisa mengabdikan diri pada almamater. Sekalipun hanya sebagai Asisten Pembimbing Praktik di Laboratorium Unhalu.

Muhammad Yusuf, Kendari
Menemui La Imba, begitu nama sapaannya, tak sulit karena dia cukup dikenal sebagai mahasiswa yang berprestasi akademik. Saat koran ini bermaksud mewawancarai dirinya, La Imba yang tengah sibuk
membantu dosennya di Laboratorium Biologi, langsung menyempatkan diri untuk dimintai keterangan terkait prestasinya selama mengenyam studi di universitas yang menjadi negeri tahun 1981 tersebut.
Dia memulai kisahnya dengan keinginannya untuk mengabdi di Unhalu. Ada kebanggaan luar biasa pada dirinya bisa diberikan kesempatan untuk menyumbangkan kreativitas, apalagi di tempat yang tak asing baginya karena pernah mengenyam pendidikan selama 4 tahun di Prodi tersebut.
Tentu bukan hal mustahil bagi La Imba, mengingat prestasi yang ditorehnya selama menempuh studi di Prodi Pendidikan Biologi. Pria yang pembawaannya diam ini, punya seabreg prestasi akadmeik. Selain Indeks prestasi yang selalu di atas 3, dia pun pernah menjuarai olimpiade biologi. Tahun 2011, sebagai juara ketiga dalam Olimpiade Biologi, tahun 2012 berhasil menyabet peringkat pertama dalam ajang yang  sama.
Banyak kompetisi yang telah diikutinya sejak duduk di bangku SMA dan hasilnya pun selalu memuaskan. Seabreg penghargaan yang diterima rupanya tak menganggu aktivitasnya dalam organisasi intra kampus. Bahkan, anak kedua dari enam bersaudara ini, selalu menempati posisi penting, misalnya, tahun 2010-2011 menjadi Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Biologi. Satu tahun setelahnya, dia pun ditunjuk sebagai Ketua HMPS Biologi.
Saat ditanya bagaimana dia bisa membagi waktu antara belajar dan organisasi. Menurut Mantan Ketua HMPS Biologi ini, belajar itu bisa dilakukan dimana saja, dan kapan saja. Cukup duduk diam sambil membaca dengan konsentasi penuh. "Yang terpenting adalah kemauan untuk bisa memanage waktu dengan baik. Tapi itu tergantung kebiasaan tiap orang, kalau saya pribadi, belajar dimanapun bisa dilakukan. Sekalipun sibuk dengan kebutuhan lembaga, kan masih ada waktu lowong untuk sekadar membaca sekalipun waktunya hanya beberapa menit saja," ujarnya.
Soal masa depannya, ia sepenuhnya mengikuti apa yang direncanakan Tuhan padanya. Namun, tentunya harus optimis dalam doa dan upaya karena keberhasilan seseorang tak lepas dari hal-hal tersebut. Baginya, apa yang dijalani saat ini adalah bagian dari rencana Tuhan. Kesibukannya sebagai asisten dosen pembimbing praktik di laboratorium adalah langkah awal menuju harapannya yang ingin mengabdikan diri pada almamater.
Keinginannya untuk meringankan beban orang tua menjadi motivator Mantan Ketua HMPS Biologi itu dalam belajar. "Saya berasal dari keluarga yang tergolong tidak mampu untuk itu saya mesti terus mendapatkan beasiswa hingga akhir masa studiku. Demi mempertahankan beasiswa itu saya terus belajar meningkatkan prestasi," terangnya.
"Saya berterima kasih kepada Unhalu yang telah memberikan banyak bantuan kepada saya bentuk besiswa. Secara pribadi saya mengucapkan banyak terima kasih. Saya memiliki banyak utang budi pada Unhalu, kalau saya masih diberi kesempatan saya akan kembali mengabdi pada almamater Unhalu.
Bagaimana sesungguhnya seorang La Imba di mata rekannya, dijelaskan Waode Rachmawati salah seorang sahabatnya. Kata dia temannya tersebut adalah pribadi yang diam. Jika pertama kali  melihatnya akan terkesan sombong tapi kalau sudah kenal dia orang yang sangat baik. "Sebagai tutor dia sangat perhatian dan responsif dan penjelasannya sangat mudah untuk dimengerti," katanya.
Rachmawati juga mengungkapkan dari awal perkuliahan juara olimpiade itu sudah terkenal memiliki otak encer dan jenius. "Awalnya kami berbeda kelas jadi saya mendengar kabar angin kalau Imba anak yang cerdas. Nanti pada semester 3 ada kebijakan Program Studi yang menggambung kelas kami berdua. Untuk berteman dengannya saya
juga mengalami kesulitan," jelasnya.
Kelakar dan canda mesti Rachawati lakukan untuk mendekati anak jenius yang tergolong pendiam itu. "Dengan seringnya saya bercanda dengan dia, akhirnya sekarang menjadi salah seorang sahabat baiknya. "Sebagai tutor dia sangat perhatian dan responsif dan penjelasannya sangat mudah untuk dimengerti," ungkap gadis berjilbab itu.
Damhuri, S.Pd, M.P salah seorang dosen pengasuh wisudawan terbaik itu mengungkapkan tanda-tanda anak asuhnya akan berprestasi sudah mulai terlihat sejak pertama kali menginjakan kaki di bumi Tridharma Unhalu. "Nilai-nilai dari sekolah sebelumnya terbilang cukup tinggi. Jadi kami tinggal memoles anak ini dengan didikan, dan bimbingan yang terarah maka anak ini akan berprestasi," harapnya.**

0 comments:

Post a Comment