Top Ads

Saturday, 6 July 2013

10:52
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nahdatul Ulama Jakarta akhirnya memperoleh izin menyelenggarakan program studi pascasarjana. Uniknya, yang dipilih menjadi program studinya adalah islam nusantara.
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj mengatakan, ini pertama kalinya sejarah islam nusantara dijadikan sebagai program studi di perguruan tinggi nasional. Hal ini sekaligus mengingatkan kembali bangsa Indonesia pada perjalanan islam di nusantara yang tidak lepas dari budaya dan berbagai perbedaannya.

"Alhamdulillah. Saya bersyukur pascasarjana STAIN NU bisa launcing. Ini akan mengingatkan kita pada islam nusantara yang tidak melepaskan budaya, tidak lepas dari kenusantaraan dengan berbagai perbedaan mahzab dan aliran," kata KH Said Aqil Siroj usai melaunching program pascasrjana STAI NU di gedung PBNU Jakarta, Rabu (3/7) malam.
Dalam acara yang dihadiri Menakertrans Muhaimin Iskandar, Kemenpera Djan Faridz, hingga Wamenag Nasruddin Umar itu, Kiai Aqil menegaskan perbedaan itu tidak boleh melahirkan konflik. Sebaliknya harus dijadikaan pengkayaan dari sebuah perjalanan peradaban yang ada di Nusantara. Contoh nyata adalah keberadaan Syiah dan Ahlussunah.
"Sejak dulu Syiah sudah datang ke sini, begitu juga Ahlussunnah. Nah sebenarnya perbedaan pendapat ini bisa membangun peradaban lebih kuat, tidak harus jadi konflik perebdaan itu, tapi untuk membangun peradaban ilmiah. Kita berharap lulusannya memiliki keislaman yang kuat dan nasionalismenya kuat," tegas Kiai Aqil yang malam itu juga memaparkan orasi ilmiah tentang Islam Nusantara.
Meski baru saja dilaunching tahun ini, program pascasarjana Islam Nusantara di STAI NU sudah banjir peminat dari dalam dan luar negeri. Hingga saat ini tercatat ada 11 calon mahasiswa pascasarjana prodi Islam Nusantara dari Thailand, serta 21 pendaftar reguler dari dalam negeri dan 50 calon mahasiswa dari beasiswa Kementerian Agama RI.
Direktur STAI NU, Prof Dr HM Ishom Yusqi mengatakan, prodi Islam Nusantara akan mengkaji secara mendalam perjalanan Islam di Nusantara jauh sebelum Indonesia Merdeka. Kemudian mengkaji keilmuan islam di tanah air mulai dari ilmu fiqih, tafsir hingga faksi-faksi di Nusantara.
"Sejarah sosial islam nusantara mulai dari zaman matyaram sampai sekarang. Termasuk tentang pertentangan syiah akan menjadi kajian," pungkasnya.(jpnn)

0 comments:

Post a Comment